Di suatu siang, sepulang Abyaz dari sekolah.
“Aku dicubit lagi sama pak guru.”
“Kenapa begitu, Dek?”
“Karena aku nggak tertib duduk diam. Aku kan bosaaaaaan.”
Di hari yang lain, “Aku sudah hitung berapa kali aku dicubit. Kalau aku masih dicubit lagi, aku bakalan laporin pak guru ke polisi.”
“Lhooo Adek dicubit lagi?”
“Iyaaa… aku mau lapor polisi. Ini kekerasan terhadap anak!!!!!!!”
Uppsss…. sepertinya ada sesuatu yang harus diklarifikasi nih di sekolah, dan saat pengambilan rapor adalah saat yang tepat menurutku karena aku akan bertatap muka langsung dengan guru kelas Abyaz.
“Ibu, kami sering kewalahan dengan tingkahnya Abyaz. Abyaz ini anak yang paling aktif. Tidak bisa disuruh diam. Lari-larian terus. Padahal kalau dia bisa lebih konsentrasi, nilainya akan baik sekali. Terbukti pada pelajaran sains, Abyaz mendapat nilai 100.”
“Saya bisa memahami, pak. Anak saya memang aktif sekali motoriknya. Oleh karena itu sering mendapat hukuman cubit dari bapak ya?”
Lalu kuceritakan apa yang disampaikan Abyaz kepadaku. Kedua guru kelas Abyaz mencatat beberapa poin penting mengenai tipe kepribadian Abyaz yang kolerik sanguinis, mengenai tipe belajarnya yang dominan kinestetis, dan bagaimana cara meng-encourage nya. Pertemuan hari itu diakhiri dengan peryataan maaf dari bapak dan ibu guru atas kesalahan pendekatan yang dilakukan pada Abyaz.
Dua pekan berlalu. Abyaz kembali melaporkan bahwa dia hampir mendapatkan cubitan lagi, tetapi dengan awalan yang berbeda. Sebelum akan mencubit, pak guru bertanya, “Abyaz, kalau sekarang Bapak cubit kamu, siapa yang salah?”
Jawaban Abyaz ternyata melampaui perkiraanku. “Yang salah kita berdua, Pak. Aku salah karena nggak tertib, Bapak juga salah karena nyubit. Aku nggak suka dicubit karena aku bisa dibilangin. Apa nggak ada cara yang lain pak?”
MasyaaAllah… jawaban yang sangat membuatku bersyukur. Ada pengetahuan mengenai benar dan salah di sana. Abyaz memahami kesalahannya, tetapi menolak dihukum dengan cara yang tidak disukainya. Ada keberanian untuk menyampaikan pendapatnya, bahkan kepada gurunya. Memang guru bukanlah manusia sempurna. Guru pun perlu diingatkan, bukan?
Kali ini aku tidak akan mengintervensi kejadian ini dengan melakukan protes karena pak guru masih menerapkan cubitan sebagai hukuman untuk Abyaz. Abyaz sudah menyampaikan dengan sangat jelas protesnya.
Well said, well done Abyaz sayang….. semoga Abyaz bisa lebih tertib nantinya sehingga tidak akan merepotkan gurunya…